II.5 Persia, Jazirah Arab, Madagascar, Mauritsius

Pelabuhan tua Arab, al-Mukhā (Mocha) di Yaman, Muscat (Masqat) di Oman dan beberapa pelabuhan di Teluk Persia seperti Bandar Abbas (Gamron), Bandar-e Rig atau Basra (Ottoman) semuanya terhubung langsung dengan sejumlah pelabuhan dagang di India, utamanya pelabuhan Mogul Surat di Gujarat serta pelabuhan lada seperti Calicut dan Cochin. Para pedagang asing termasuk Arab, Armenia dan Yahudi semuanya memiliki kawasannya masing-masing di kota-kota tersebut. Pelabuhan Nusantara seperti Aceh dan Pariaman (Sumatra), Banten dan Jepara (Jawa) memetik keuntungan dari hubungan langsung dengan kawasan Arab.

Hubungan perdagangan dengan Persia juga berdampak menguntungkan bagi Jawa dan Batavia. Persia merupakan pasar penting bagi gula yang diproduksi di penggilingan tebu di kawasan sekitar Batavia (Ommelanden) dan di pesisir timur laut Jawa. Para penguasa dan raja Asia Tenggara juga berminat untuk memelihara hubungan dengan kawasan Teluk Persia karena penduduk kedua kawasan itu berbagi hobi yang sama: mengumpulkan kuda-kuda Persia. Buah kismis dan kurma kering serta sejumlah bahan pangan mewah lain menjadi santapan yang semakin digemari para penghuni keraton.

Menyusul kejatuhan dinasti Safavid di tahun 1722, akibat sebuah penyerbuan oleh Afghanistan, maka impor gula dan rempah-rempah dari Indonesia serta ekspor kain sutra dan emas dari Iran sangat menyusut. Kendati Heren Zeventien (Dewan Gubernur VOC) di Republik Belanda memutuskan untuk menutup semua fasilitas perdagangan di Teluk Persia, Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761) menentang kebijakan tersebut dan membangun Benteng Mosselstein di pulau Kharq di tahun 1753. Sejumlah kapal bermuatan gula dari Batavia tiba di Kharq melalui Masqat dan kegiatan perdagangan dengan Jawa terus berlanjut hingga kemudian Mosselstein jatuh ke tangan penguasa setempat di tahun 1766, dan seluruh kegiatan runtuh. Hilangnya kapal bermuatan gula, Amstelveen di pantai Oman tahun 1763 mempercepat keputusan Belanda untuk meninggalkan kawasan Teluk. Satu dasawarsa kemudian, sejumlah pedagang swasta Belanda kembali memperdagangkan gula dan rempah-rempah utamanya di Masqat.